Sebuah kisah dari negeri terdekat. Terdekat dengan matahari kata orang-orang. Tapi ternyata itu hanya perumpamaan tentang suhu yang membuat orang-orang di sana mendambakan kesegaran dengan cara mandi. Perumpaan yang menyedihkan bukan.. tapi tak apa jika negeri itu sedikit benar adanya. Baiklah aku sedikit mengakui pendapat orang di luar negeri itu. Tempat kediamanku termasuk yang di dalamnya para orang rajin jebar jebur di kamar mandi. Ya itulah obat keganasan suhu tinggi (agak berlebihan hei..haha). Ini akan jadi kisah panjang, namun tak tahu sampai sepanjang apa karena menceritakan tentang para manusia dari beberapa usia, yakni mulai dari 3 tahun sampai manusia yang berusia seperti sang penulis ini.
Ini kisahku dalam dunia si kecil berusia 3-4 tahun. Bukan kisah masa lalu saat aku kecil, tapi adalah kisahnya. Dan kini aku bersama para generasi penerus usia 3 dan 4 tahun. Ooh tidak, tidak, aku bukan ibunya. Ya..haha! Iya, tapi aku pendidiknya, insya Allah. Beginilah keseharianku. Aku bukan seorang lulusan pendidik PAUD. Ini adalah sebuah keputusan. Aku tidak mundur, sungguh. Justru aku maju dengan sebuah keputusan. Bagaimanapun aku hantarkan diri untuk berlatih. InsyaAllah selalu berlatih dalam melewati jenjang hidup ini.
Kelas ini disebut Kober (kelompok bermain). Berlatihnya aku dalam mendidik tidak sendiri, ada beberapa orang amat berperan. Tersebutlah juga seorang gadis (ehem) admin yang cantik. Panggil saja ia Zia. Sosok yang selalu menguatkanku, menolongku yang sedang rempong, ya maklum bu guru kober baru ya. Tentunya berbeda dengan saat menghadapi tk A dan B. Dan tentunya aku sadar harus beberapa kali belajar dari pengalaman pahit, manis, asin, ataupun asam. Kelas kober, personilnya 9 orang. Ya.. jumlah yang cukup membuat kelas riweuh dengan suara-suara mereka. Yaa.. suara-suara para anak kota yang berbeda dengan anak desa. Pengaruh kultur budaya dan lainnya. Namun, bagaimanapun juga, jangan sampai aku menyalahkan mereka apalagi membentak mereka. Walaupun beberapa waktu ingin berteriak (oops!! No no no). Yang harus dilakukan adalah mendukung mereka untuk berlatih lebih hebat lagi. Tapi tidak seperti yang anda bayangkan karena tidak langsung 9 anak mulai berlatih di kober itu. Semester 1 aku bersama 2 anak, kemudian jadi 6, Dan semester 2 menjadi 7, 8, lalu...9. Ternyata Allah memberikan nomor ganjil. Yaa... Allah Maha Tahu kemampuanku. Jika 9 orang itu bersamaan memenuhi kelas kober, sepertinya bisa ku bayangkan betapa meriahnya :). Betapa mereka semua belum bisa tersenyum semua saat ditinggal ayah bundanya. Beberapa hari, salah satu murid tidak telihat di kelas. Saat aku tanyakan pada bundanya, jawaban yang selalu dijawab anaknya adalah, "Mau di rumah aja", begitu tuturnya. Alasan yang cukup membuat tersenyum. Beberapa cara ku lakukan. Padahal saat dengar alasannya sederhana bukan? Tapi ternyata mencari jalan keluarnya tak sesederhana itu. Sampai pada suatu ketika ayah dan bundanya mengambil keputusan untuk anaknya yakni berhenti sekolah. Keputusannya diutarakan pada kepala sekolah. Aku masih awam untuk masalah berhenti sekolah seperti itu. Dan pastinya kepala sekolah yang lebih berwenang. Sambil ku menunggu kedatangannya, yaitu muridku yang lucu berwajah bulat itu, akupun mencari cara untuk menggerakkan hatinya untuk melangkah kembali ke sini. Karena kami para personil akan bermain bersama lagi. Bermain sambil berlatih. Begitulah menurutku sebutan untuk kober beranggotakan mereka yang berumur 3-4 tahun. Kemudian.. aku masih menunggu kedatangannya.
Bersambung ...
Dari penulis amatir. Nantikan terus ya kisahnya :D. -Anni Mujahidah-
WORLD AND STRUGGLE
Jumat, 29 April 2016
Rabu, 01 Januari 2014
KEHADIRAN BAKTERI TERHADAP PERKEMBANGAN INDONESIA
(Apakah Biogas Sebagai Solusi Kesejahteraan
Masyarakat?)
Apa yang ada di pikiran teman-teman saat mendengar bakteri yang
bisa berpengaruh terhadap perkembangan Indonesia? Mungkin itu terlalu jauh?? Terlalu luas??? Ya,
ternyata kita bisa lihat lebih luas lagi tentang pengaruh bakteri itu sendiri.
Nah, bagaimana pemaparan tentang bakteri sehingga dapat bermanfaat
untuk orang banyak??? Mari kita simak bahasan kita kali ini. Okay :D
Bagaimana Kebutuhan Manusia Terhadap Bahan Bakar?
Setiap orang pasti membutuhkan sumber
daya yang memadai, dengan kata lain paling tidak dapat memenuhi kebutuhannya
secara cukup, tidak kekurangan. Beberapa waktu lalu, kita pasti sering
mendengar bahwa masyarakat masih dipusingkan oleh sesuatu yang berhubungan
dengan sumber daya ini, ataupun kita sendiri yang merasakannya, ataupun hingga saat ini masih dialami orang banyak, yakni kenaikan
harga bahan bakar minyak (terutama minyak tanah) dan gas elpiji untuk rumah
tangga maupun industri. Di sisi lain, dengan meningkatnya kebutuhan persediaan
BBM juga sempat langka di beberapa tempat di Indonesia. Sebenarnya kekurangan
sumber daya (bahan bakar) di Indonesia adalah suatu hal miris, mengapa begitu
ya? Kita tentu tahu kan... Indonesia adalah salah satu negara penghasil minyak
dan gas, tapi kenapa ya masih banyak hal yang mengganjal tentang hal itu?
Berdasarkan referensi yang ada, yaitu
dalam jurnal karya Dwi Setiana Wati, Rukmanasari Dwi Prasetyani, Universitas
Diponegoro, dengan judul Pembuatan Biogas dari Limbah Cair Industri Bioetanol
Melalui Proses Anaerob yakni sebagai berikut. Peristiwa yang terjadi tentang
sumber daya di Indonesia ini disebabkan beberapa faktor, menurut para ahli
sosial, berkurangnya cadangan minyak,
penghapusan subsidi yang diterapkan pemerintah menyebabkan harga minyak labil, dan
kualitas lingkungan menurun akibat penggunaan bahan bakar fosil yang
berlebihan.
Bagaimana Solusi yang Tepat untuk Meningkatkan Persediaan Bahan
Bakar?
Indonesia memiliki generasi yang perlu
dibanggakan. Telah banyak solusi yang ditawarkan lewat ide-ide cemerlang untuk pembuatan
bahan bakar gas. Salah satu ide tersebut adalah program menggunakan gas sebagai bahan bakar. Namun sayangnya, program
konversi minyak tanah ke gas belum diimbangi oleh persediaan yang cukup,
sehingga masih banyak dijumpai antrian para pembeli minyak tanah maupun gas. Sementara
di tempat-tempat tertentu, kayu menjadi alternatif bahan bakar, terutama di
daerah yang berdekatan dengan hutan. Nah, lantas apakah kembali ke masa
tradisional dengan penggunaan kayu sebagai bahan bakar merupakan solusi yang
terbaik? Ternyata belum tepat, karena tekanan terhadap hutan menjadi makin meningkat
dan perlu mendapatkan perhatian. Padahal, alam telah menyediakan banyak energi
alternatif selain kayu. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber-sumber energi
alternatif lain yang ramah lingkungan harus menjadi pilihan.
Salah satu bahan bakar alternatif yang
dapat dikembangkan adalah biogas. Jenis bahan bakar biogas ini dihasilkan dari
pengolahan limbah rumah tangga, kotoran hewan (ayam, sapi, babi), atau sampah
organik. Dengan demikian, biogas memiliki peluang yang besar dalam
pengembangannya karena bahannya dapat diperoleh dari sekitar tempat tinggal
kita.
Biogas merupakan gas yang mudah
terbakar (flamable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan
organik oleh bakteri-bakteri anaerob yang berasal dari limbah rumah tangga,
kotoran hewan (sapi, babi, ayam) dan sampah organik.
Menurut beberapa literatur, sejarah
keberadaan biogas sendiri sebenarnya sudah ada sejak kebudayaan Mesir, China,
dan Romawi Kuno. Masyarakat pada waktu itu diketahui telah memanfaatkan gas
alam ini yang dibakar untuk menghasilkan panas. Namun, orang pertama yang
mengaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan bahan sayuran adalah
Alessandro Volta (1776), sedangkan Willam Henry pada tahun 1806
mengidentifikasikan gas yang dapat terbakar tersebut sebagai methan. Becham
(1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882), memperlihatkan asal
mikrobiologis dari pembentukan methan.
Dari
pengadaan biogas ini, maka terangkatlah sebuah nama yang tak asing lagi di
telinga masyarakat. Nama ini ada dalam alur sejarah dari zaman
penemuan-penemuan terdahulu sampai saat ini. Ia adalah bakteri. Eksistensi
bakteripun terangkat berkat peran dan jasanya yang melimpah, salah satunya
disini adalah jasanya dalam pembuatan biogas.
Apakah hubungan antara
biogas dengan bakteri? Bagaimana biogas bisa terbentuk?
Komponen biogas yang paling penting
adalah gas methan, selain itu juga gas-gas lain yang dihasilkan dalam ruangan
yang disebut digester.
Biogas yang dihasilkan oleh biodigester sebagian besar terdiri dari 54% – 70%
metana (CH4), 27– 45% karbondioksida (CO2), 3%-5% nitrogen (N2), 1%-0% hidrogen
(H2), 0,1% karbon monoksida (CO), 0,1% oksigen (O2) dan sedikit hidrogen
sulfida (H2S).
Biogas dapat dihasilkan pada hari ke
4–5 sesudah biodigester terisi penuh, dan mencapai puncaknya pada hari ke
20–25. Akan tetapi perlu juga dipertimbangan ketinggian lokasi pembuatannya
karena pada suhu dingin biasanya bakteri lambat berproses sehingga biogas yang
dihasilkan mungkin lebih lama.
Bakteri yang berperan dalam pembuatan biogas ini ternyata memiliki
nama spesifik. Ada tiga kelompok bakteri yang berperan dalam proses pembentukan
biogas:
1. Kelompok bakteri fermentatif,
yaitu: Steptococci, Bacteriodes, dan beberapa jenis Enterobactericeae,
2. Kelompok bakteri asetogenik, yaitu Desulfovibrio,
3. Kelompok bakteri metana, yaitu Mathanobacterium,
Mathanobacillus, Methanosacaria, dan Methanococcus.
Tahap pertumbuhan mikroorganisme dapat dibagi
menjadi 4 fase, yaitu fase pertumbuhan lamban (lag fase), fase eksponensial,
fase stasionary dan fase kematian. Jurnal tersebut menghasilkan kesimpulan
sebagai berikut. Limbah cair bioetanol dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan biogas dengan fermentasi. Semakin bertambahnya waktu maka volume
biogas meningkat namun pada saat tertentu produksi biogas menjadi hampir
konstan bahkan menurun. Penambahan urea yang berlebihan akan mengurangi produksi
biogas. Semakin banyak rumen yang ditambahkan maka produksi biogas akan
menurun.
Menurut jurnal yang berjudul
Teknologi Pembuatan Biogas Dari Kotoran Ternak, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau. Prinsip
pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik
(tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah
berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah
yang disebut biogas. Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah
mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi
adalah 30-55øC, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan
bahan organik secara optimal.
Hasil perombakan
bahan bahan organik oleh bakteri adalah gas metan seperti yangterlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel Komposisi biogas (%) kotoran sapi dan campuran kotoran ternak
dengan sisa pertanian. (Dwi Setiana, 2011)
Bagaimana Cara Kerja Pembuatan Biogas?
Ada 3 tahap dalam proses pembuatan
biogas, yakni: Membuat pembangkit atau starter, menyiapkan limbah yang akan digunakan,
dan menempatkan limbah dalam unit biogas.
A. Membuat Pembangkit atau Starter
1.
Campurkan 2 liter kotoran sapi dan dua liter air ke dalam ember, aduk hingga
merata
2.
Tambahkan ke dalam campuran tadi cacahan rumput secukupnya dan aduk kembali
hingga merata
3.
Masukan campuran bahan-bahan tadi ke dalam jerigen yang bervolume 5 liter.
Biarkanlah jerigen tersebut terbuka
4.
Simpanlah jerigen yang telah berisi campuran bahan-bahan tadi pada tempat yang
aman dan terlindung selama 2 bulan.
5. Selama penyimpanan, lakukanlah pengguncangan pada jerigen
tersebut sebanyak 3 atau 4 kali dalam satu minggu
B. Menyiapkan Limbah Yang Akan Digunakan
1.
Kumpulkan kotoran sapi atau hewan ternak lainnya
2.
Kumpulkan bahan-bahan organik yang berupa limbah pertanian, limbah pasar,
limbah ternak, atau limbah-limbah organik lainnya.
3.
Bila bahan-bahan organik yang akan digunakan telah kering, hancurkan terlebih
dahulu dengan cara mencacahnya hingga halus.
4. Bila bahan-bahan organik yang akan digunakan masih basah (masih
segar), lakukan pencabikan untuk memudahkan pembusukan, kemudian simpanlah
ditempat terbuka selama sekitar 10 hari agar mengalami pembusukan.
C. Menempatkan Limbah Dalam Unit Biogas
1.
Masukan 3 ember bahan-bahan organik yang telah disiapkan di atas bersama-sama
dengan 3 ember air kedalam drum yang bervolume 200 liter, kemudian aduk hingga
merata.
2.
Lakukan hal yang sama hingga mencapai volume sekitar 2/3 volume drum 200 liter
atau hingga setinggi volume drum 120 liter.
3.
Masukan starter yang telah disiapkan di atas ke dalam drum 200 liter yang telah
diisi bahan-bahan organik, kemudian aduklah hingga merata.
4. Masukan drum yang bervolume 120 liter dengan kran dalam keadaan
terbuka. Tekanlah drum kecil tersebut hingga mencapai dasar drum besar.
Usahakan tidak ada udara dalam drum kecil tersebut.
5.
Jika permukaan drum bervolume 120 liter tidak terbenam, keluarkan kembali drum
tersebut dan tambahkan kembali bahan-bahan organik dan air ke dalam drum
bervolume 200 liter sampai mencukupi untuk membenamkan drum bervolume 120
liter.
6.
Bila sudah diyakini bahwa drum bervolume 120 liter terbenam seluruhnya dalam
campuran bahan-bahan organik yang terdapat di dalam drum bervolume 200 liter
dan bagian dalam drum bervolume 120 liter tersebut telah penuh berisi
bahan-bahan organik, tutuplah keran yang terdapat pada drum bervolume 120 liter
tadi (lihat gambar).
7.
Biarkanlah drum-drum tadi selama 3 - 4 minggu. Selama waktu ini proses
fermentasi akan berlangsung dan gas yang dihasilkan akan terjebak di dalam drum
bervolume 120 liter. Gas ini akan menyebabkan drum bervolume 120 liter
terdorong ke atas.
8.
Sambil menunggu proses fermentasi berlangsung, periksalah apakah ada kebocoran
gas dari drum bervolume 120 liter. Bila terjadi kebocoran segera di tambal
dengan cat atau aspal. Untuk mengetahui adanya kebocoran dapat dilakukan dengan
cara membasahi permukaan drum bervolume 120 liter dengan air sabun. Kebocoran
akan terlihat dengan adanya buih pada daerah yang bocor tersebut.
9. Setelah diketahui drum bervolume 120 liter berisi gas,
periksalah gas tersebut untuk meyakinkan bahwa gas yang terbentuk merupakan gas
yang dapat digunakan untuk bahan bakar. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan
membuka kran dan menyalakan api di atas pipa penyalur gas.
Sedangkan terkait dengan temperatur,
secara umum ada 3 rentang temperatur yang disenangi oleh bakteri, yaitu:
1. Psicrophilic (suhu 4 - 20), biasanya untuk negara-negara subtropics atau beriklim dingin,
2. Mesophilic (suhu 20 - 4 ),
3. Thermophilic (suhu 4 - 60), hanya untuk men-digesti material, bukan untuk menghasilkan
biogas. (Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP), 2011)
Kesimpulan
Dengan tiga kelompok bakteri yakni:
1. Kelompok bakteri fermentatif,
yaitu: Steptococci, Bacteriodes, dan beberapa jenis Enterobactericeae,
2. Kelompok bakteri asetogenik, yaitu Desulfovibrio,
3. Kelompok bakteri metana, yaitu Mathanobacterium,
Mathanobacillus, Methanosacaria, dan Methanococcus.
Maka
bakteri-bakteri ini dapat menjadi gagasan baru dalam pemenuhan kebutuhan bahan
bakar untuk manusia. Bakteri-bakteri di atas dapat menyulap kotoran hewan
maupun manusia menjadi bahan bakar baru yakni biogas. Biogas merupakan solusi
baik pengadaan bahan bakar yang ramah lingkungan. Mari menggunakan sumber daya
secara ramah lingkungan.
Jadi inilah
yang dimaksud dengan kehadiran bakteri terhadap perkembangan Indonesia. Indonesia
dapat mencapai kesejahteraan, salah satunya dengan perkembangannya di bidang
pemenuhan sumber daya alam khususnya bahan bakar. Maka, semangat dan
berusahalah Indonesia, perjalananmu masih panjang. Karena ada sebuah pesan
bahwa “Beribadahlah seakan engkau mati esok hari dan Berusahalah seakan engkau
hidup selamanya”. Kemudian dengan mengingat manfaat bakteri yang amat besar,
maka satu pelajaran berharga seharusnya dapat membuat manusia sebagai
ciptaan-Nya yang paling sempurna semakin berpikir tentang Kuasa-Nya.
Salam Go Green!!!! :D :D ,, Semoga bermanfaat
Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarokatuh
DAFTAR
PUSTAKA
Setiana
Wati, Dwi dkk. 2011. Jurnal Pembuatan Biogas dari Limbah Cair Industri
Bioetanol Melalui Proses Anaerob (Fermentasi). Semarang: Universitas
Diponegoro.
Adi rahmat.
1994. Jurnal Bioteknologi Bahan Bakar (Biotenologi Energi). Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP
Bandung.
Djumali
Manguneidjaja dan Ani Suryani. 1994. Teknologi Bioproses. Penebar Swadaya. Jakarta.
Jumat, 18 Oktober 2013
QS: Ali Imran: 191
Yuk kita belajar Biologi. judulnya: Saling Ketergantungan :D, materi Biologi kelas VII semester 2
“ (Yaitu) Orang orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk,atau dalam keadaan berbaring,
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata), “Ya Rabb kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia; Mahasuci Engkau,lindungilah kami dari azab neraka”
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata), “Ya Rabb kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia; Mahasuci Engkau,lindungilah kami dari azab neraka”
Yuk kita belajar Biologi. judulnya: Saling Ketergantungan :D, materi Biologi kelas VII semester 2
Selasa, 02 April 2013
<iframe src="http://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/12521140" width="427" height="356" frameborder="0" marginwidth="0" marginheight="0" scrolling="no" style="border:1px solid #CCC;border-width:1px 1px 0;margin-bottom:5px" allowfullscreen webkitallowfullscreen mozallowfullscreen> </iframe> <div style="margin-bottom:5px"> <strong> <a href="http://www.slideshare.net/ChionkPemimpin/perbandingan-kurikulum2004denganktsp" title="Perbandingan kurikulum-2004-dengan-ktsp" target="_blank">Perbandingan kurikulum-2004-dengan-ktsp</a> </strong> from <strong><a href="http://www.slideshare.net/ChionkPemimpin" target="_blank">Chi'onk Pemimpin</a></strong> </div>
Rabu, 18 Januari 2012
Inilah power point yang berjudul: "Keanekaragaman Hayati", khususnya untuk kelas X semester 2. Ini sebagai tugas dan semoga bermanfaat ya buat kawan-kawan semua :D MERCI........ ^_____^
silahkan di download saja disini!
silahkan di download saja disini!
Langganan:
Postingan (Atom)